Sunday, November 15, 2009

cerpen baruku :))

Hallo, mau ngeposting cerpen. Kemaren-kemaren dapet tugas dari guru bahasa indonesia buat bikin kerangka cerpen tentang sesuatu hal yang pernah terjadi. Nah, karena pas pelajaran aku lagi males banget, aku buat kerangka asal-asalan, yang ada di pikranku aku tulis. Eh, nggak taunya pas kerangkanya dibagiin, suruh buat cerpen dari kerangka itu, yang ceritanya berbeda dengan kerangkanya nilainya dikurangi 50! Padahal kerangkaku nggak karuan, susah di buat cerita. ...Tapi akhirnya jadi juga dalam waktu satu seperempat jam ..


Serpihan Kisah Masa Lalu


“ Papa…” aku sedikit berteriak berharap Papa yang sudah berlari jauh di depan sana dapat mendengar teriakanku. Dan, berhasil. Papa menoleh ke arahku. Senyum jahilnya mengembang ketika menoleh ke arahku, yang tak lama kemudian berubah menjadi tertawa terbahak-bahak.

Ya, aku bisa memaklumi kenapa Papa sampai harus tertawa seperti orang usai melihat badut sirkus ketika memandang ke arahku. Aku juga bisa mengerti kenapa mata berair hanya gara-gara tertawa. Jawabannya jelas, itu karena aku. Kondisiku sekarang mungkin bisa dengan mudah memancing tawa daripada para pemain komedi televisi. Kondisiku saat ini bisa di bilang kurang beruntung. Badanku penuh dengan lumpur sawah, mulai dari ujung kaki sampai sebagian badanku ternodai oleh lumpur coklat itu. Kenapa aku bisa seperti ini? Jawabanyya adalah karena orang yang sedang tertawa terbahak-bahak di depan sana.
“ Papa… bantu Nada.. “ papa hanya membalas permohonanku dengan tawa. Bahkan sejerus kemudian beliau membalikkan badan lagi hendak meninggalkan aku bersama lumpur coklat yang dengan sukarela menempel di tubuhku.

Aku memahami perangai dan watak Papa. Papa sangat senang sekali menggoda aku dengan berbagai macam gurauan dan mengusili aku hingga menangis. Tapi itu semua semata-mata karena Papa menyayangiku. Dan, jika saat ini aku menangis berarti aku telah kalah oleh tindakan pengusilan papa. Untuk itu aku tidak mengeluarkan air mata yang sudah hampir menetes gara-gara sakit karena telah jatuh dengan sempurna ke dalam sawah dan karena keterkejutanku saat jatuh.

“ Okelah, tersera Papa mau bantu Nada apa engga. Nada bisa ke mobil sendiri.” Kataku mulai sebal. Aku susah payah mengeluarkan badanku yang masih di dalam lumpur. Ternyata mengeluarkan badan dari lumpur sawah ini tidak segampang yang ada dipikiranku. Susah sekali. Serasa badanku mulai tersedot ke dalam lumpur coklat itu. Dan, disaat aku sedang bersusah payah mengeluarkan badan dari lumpur, Papa datang dan langsung menarikku keluar dari benda lembek itu.

“ Gitu dong Pa nolongin Nada. Kok tega-tegannya ninggalin anaknya yang mau dilahap lumpur.” Candaku ketika berhasil keluar dari lumpur itu.

“ Jadi orang itu harus lebih kuat. Mau tau kenapa tadi Papa nggak langsung bantu Nada keluar dari lumpur? Itu karena Papa ingin Nada membiasakan diri untuk terus dan selalu berusaha.” Jawab Papa, kali ini beliau terlihat lebih bijaksana. Sementara aku Cuma diam sambil pura-pura mencari kesibukan membersihkan lupur yang ada di sekitar tangan.

Papa itu seperti Bunglon. Tapi `Bunglon` di sini bukan maksutku Papa itu orang yang nggak punya pendirian. Tapi Papa itu orangnya agak susah ditebak. Kadang Papa gurau sampai yang dengerin kepingkel-pingkel, kadang Papa ngisengin aku sampai akunya mau nangis, tapi kadang Papa bisa menejlma juga menjadi sosok yang penuh dengan wibawa.

“ Kita harus bekerja keras untuk segala sesuatu.” Ujar Papa pelan. Sementara aku masih pura-pura membersihkan tangan dari lumpur sawah.

“ Okey, my little angel. Waktunya membersihkan dairi…” Papa lalu mengangkatku diatas bahunya. Tidak susah bagi Papa untuk mengangkat tubuhku ketika masih kelas tiga SD ke atas pungunggnya. Aku tersenyum.

----

Ternyata Papa mengajakku ke sungai jauh di dalam sawah. Air di sungai itu masihlah bersih, tidak sekeruh sungai saat ini. Ikan-ikan kecil Nampak jelas karena kejernihannya. Papa menurunkanku di atas batu besar di sungai itu.

“ Makasi Pa, Papa baiiik banget. “ Kataku sambil tersenyum setulus-tulusnya.

Papa tersenyum juga, namun detik berikutnya Papa kembali usil. Beliau mencipratiku dengan air dan menarikku dengan tiba-tiba ke dalam sungai. Aku belum sempat menghindar hingga akhirnya badanku tercebur sepenuhnya kedalam sungai. Papa lagi, Papa lagi. Tadi yang membuatku penuh lumpur adalah Papa, gara-gara Papa bilang di dekat kakiku ada ular sawah, jadilah aku lari sekencang-kencangnya di pematang sawah dan akhirnya jatuh ke lumpur karena pematang sawah yang licin. Dan kini, aku basah kuyub oleh air juga gara-gara papa.

“ Papa, dingiin.” Kataku sambil menciprati Papa dengan air, dari dulu aku memang tidak mau kalah dengan Papa, kuarahkan sekuat tenagaku untuk mencipratkan air sebanyak-banyaknya ke sosok didepanku. Papa tertawa sambil sesekali menghindar.

“ Sekali-kali mandi di sungai ngaak apa-apa kan. Dulu Papa suka lo mandi di sungai. Tapi sungai di kota sekarang nggak ada yang sebersih disini. Disini sungainya masih alami. Lagipula kan sekalian biar badan Nada bersih.” Jawab Papa.

“ Kenapa kok sungai di kota pada kotor pa?” Aku yang masih kelas tiga itu bertanya dengan polosnya sambil sedikit mengingil.

Papa tersenyum dengan pertanyaanku, “ Salah satu penyebabnya karena asapnya mobil sayang. Jadi, kalo besok sudah besar, Nada jangan kemana-mana naik mobil. Sesekali naik sepeda atau jalan aja. Jadi sungai di kota bisa bersih.” Jawaban papa membuatku saat itu berfikir.

Cukup lama aku dan papa berenang disungai, sampai sinar matahari sore yang berwana keemasan memantulkan cahayanya di sepanjang sungai yang jernih itu. Sudah hampir petang ketika Papa memutuskan untuk kembali ke mobil. Dalam perjalanan kembali ke mobil, kita melewati sepanjang sawah tempatku jatuh, namun kali itu papa mengendongku di atas pundaknya.

----

Langit yang semula berwarna merah keemasan perlahan berubah menghitam ketika telah papa mengemudikan mobil meninggalkan daerah malang selatan. Papa mengemudikan mobil pelan-pelan seakan ingin aku menikmati pemandangan diluar sana. Pasar malam, sawah yang sepi, pemukiman, kebun tebu, makam, papa selalu mengajariku tentang betapa pentingnya mengamati sesuatu.

“ Nada mau tahu tempat yang indah?” Papa bertanya kepadaku disela-sela music yang mengalun lembut dari radio tape mobil.

“ Tempat yang indah?” aku balik bertanya yang dijawab anggukan papa.

Papa membelokan kemudi kearah kanan jalan, kearah tanah lapang kosong yang lengang. Mungkin tanah lapang itu digunakan sebagi lapangan bermain bola bila siang hari. Papa menghentikan mobil setelah agak jauh masuk ke dalam lapangan.

“ Turun dulu Nada..” ajak Papa sambil keluar dari mobil, aku melakukan hal serupa.

Papa kemudian duduk diatas kap mobil, dengan isayarat Papa menyuruhku melakukan hal serupa. Aku pun naik dan duduk ke atas mobil.

“ Coba lihat bintang-bintang yang ada di langit.” Kata papa yang langsung aku laksanakan.

“ Betapa indahnya Bintang-bintang itu. Subhanallah.” Jelas papa.

Aku menegadahkan kepalaku ke langit malam. Puluhan bintang berbaris abstrak diangkasa. Menghiasi langit malam yang hitam. Indah.

“ Bintang itu indah ya Pa.” tanggapan ku saat itu dengan polos.

Papa tersenyum mendengar kata-kataku. Malam itu aku tak ingat lagi apa yang terjadi. Aku terlalu lelah untuk hari itu. Dan aku pun tertidur dipangkuan Papa.


*****


Aku mengengam erat tangan lembut Mama. Saat itu kami berdua sedang berjalan menyusuri lorong rumah sakit Islam Malang. Rasa khawatir tak dapat dikontrol dalam diriku. Aku tidak tahu mengapa. Tapi tiba-tiba aku diselimuti oleh berbagai perasaan khawatir.

“ Semoga Papa baik-baik aja ya Ma.” Ucapku pelan, nyaris tak terdengar. Mama hanya tersenyum ekspresinya menampakkan kecemasan.

“ Nada berdoa aja ya.” Mama mencoba tetap tersenyum.

Koridor rumah sakit yang tidak terlalu panjang terasa begitu panjang untuk dilalui. Kemudian kami berdua berhenti di sebuah ruangan. Mama membuka pintu perlahan. Dibalik tubuh Mama aku masih dapat melihat sosok Papa tengah terbaring di atas tempat tidur rumah sakit. Kali ini beliau sedang sholat.

“ Papa..” panggilku ketika beliau selesai shalat. Papa tersenyum jahil. Tidak tampak pada raut mukanya bahwa beliau sedang sakit. Beliau Nampak sehat-sehat saja.

“ Gimana sekolahnya Nada?” Tanya Papa.

“ Kayak biasanya Pa, Nada barusan pulang pondok ramadhan nginep di Sekolah.” Ceritaku disambut senyum Papa.

“ Kalo sekolah yang rajin ya, dan jangan pernah marah kalo kamu dihina seseorang, jangan pernah dendam sama siapapun.” Papa menasehatiku sementara aku mengangguk-angguk.

Tak lama kemudian adzan maghrib berkumandang, saat ini sedang bulan ramadhan, jadilah aku harus pergi untuk berbuka.

“ Papa, Nada buka dulu ya..”

“ Oke! Papa juga mau sholat.” Jawab Papa.

Dengan ditemani Tanteku aku buka di cafeteria rumah sakit dan sholat dimushollahnya. Setelah makan cukup kenyang dan sholat aku dan tanteku hendak kembali ke kamar ketika kemudian hal `tak akan pernah terlupakan` itu terjadi.

Mama terisak pelan dikursi tunggu sambil mencengram erat pegangan kursi. Sebelum semua memberitahukanku apa yang terjadi, aku sudah berpikir bahwa `sesuatu hal telah terjadi`. Tante memeluk lembuk aku sambil mencium keningku.

“ Papa nggak ada sayang. Papa sudah pulang...” Kata Tanteku pelan yang langsung mampu merangsang airmataku. Aku menangis membayangkan aku kehilangan seseorang yang selalu ada buat aku. Pikiranku berkejar-kejaran satu sama lain. Siapa yang akan menemaniku melihat bintang? Siapa yang akan mengajaku bermain mobil remote? Siapa yang kompakan sama aku buat ngusilin mama? Siapa lagi yang nemenin aku nonton DVD samapai larut malam? Siapa lagi? Siapa lagi? Dan siapa lagi? Semua itu berkejaran dalam pikiranku. Aku tak dapat berpikir dengan jernih saat itu. Hanya air mat yang mampu melukiskan segala perasaan yang berkecambuk dalam hatiku


*****


Aku tersenyum seusai membaca tulisan singkatku tentang pengalamanku bersama Papa. Sebenrarnya ada banyak hal yang bisa aku torehkan dalam kata-kata mengenai aku dan dia. Mengenai kebersamaan kita.


Papa, Terimakasih banyak untuk setiap peluh yang kau teteskan, untuk setiap kerutan dahimu yang tak sempat kuhitung, untuk setiap jaga sepanjang malam ketika aku sedang sakit, untuk indomie yang kita makan sembunyi-sembunyi di malam hari, untuk tempat duduk terbaik dibahumu yang begitu kekar ketika aku ingin melihat pawai, untuk “tetes air mata lelaki” yang begitu mahal katika kau khawatirkan aku, untuk kepercayaanmu padaku. Tak akan pernah terbalas segalanya kecuali dengan doa yang selalu mengiringi dirimu.

Disini, aku akan selalu menyayangimu :)

13 comments

  1. oh astaga. postingan jaman abal abal dimana saya belum tau fungsi HTML HAHAHA :p

    ReplyDelete
  2. ya ampun susi kamu baca ini? bahkan gak ada enternya -___-
    gak tau carane aku jaman iki hahaha, gak tau HTML
    soalnya harus edit manual enternya :D

    ReplyDelete
  3. keren ghe, sampek terharu aku bacanya :'(

    ReplyDelete
  4. hahaha lel kok bisa sampe nyasar ke postingan ini haha?
    kamu baca lel? gak ada enternya gitu :P

    ReplyDelete
  5. hihi, iseng kepengen liat postingannya ghea waktu awal" bikin Blog :P
    iya, keren ghe..
    Jadi ikutan ngerasain betapa kangennya kamu sama ayahmu .

    ReplyDelete
    Replies
    1. yah ada yang kepo dan stalking nih kan maluuu hmmm -__-
      ghea dulu alay hahaha :p
      hehehe *pukpuklely*

      Delete
  6. Baca tulisan ini jadi ikutan nangis, aku kehilangan Bapakku ketika umurku 22 tahun, bahagiakan Mamamu ya dek.. :)
    *sekarang umurku 28 tahun, dan tahun kemarin aku juga kehilangan Ibuku..*

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi iya kak insyaallah bakalan berusaha bahagian mama :)
      wah di baca nih tulisannya? padahal kan ini udah dulu banget, nggak tau kenapa enternya pada hilang jadi susah bacanya, eh ada yang ngebaca jadi terharu :')
      kadang hal tersulit adalah merelakan yang tidak sebenarnya kita miliki untuk kembali ke pemilik yang sebenarnya hehehe :)

      Delete
  7. aku nangis ghe baca ini sumpah :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini ada versi jelasnya di facebook dari pada baca yang ini gak ada enternya hehe :D cupcup rimaa, padahal biasah aja, kalo kamu yang buat pasti makin keren :)

      Delete
  8. haha tapi kalo ak yg buat gak senyata kya kamu yg buat ghe hahaha . ghea makin super aja nih :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. masalahnya ini karena kejadian nyata rim hahaha, tapi aku gak bisa membaguskan bahasa kayak kamu gitulah ya ini apa adanyaa hahaha :3

      Delete